Khatham


20191202_235213_0000

15 Mei 2006

“Apakah benar semua orang ditakdirkan untuk berpasangan? Kalau begitu bagaimana nasib orang yang mati muda, apakah dia akan bertemu jodohnya di akhirat sana?” Kata-kata itu yang selalu berdengung di kepala Laiman, beberapa hari terakhir. Dia benar-benar tidak mengerti apa maksud perkataan Hani, kekasihnya. Laiman sudah sering bertanya, tetapi Hani selalu saja tidak memberikan jawabannya.
Sembarang Laiman rebahkan tubuhnya ke kasur. Dia terlihat sangat lelah. Bagaimana tidak, dia harus membagi ilmunya di salah satu sekolah menengah, di Hatyai dari pagi hingga sore hari. Semburat kelegaan sekilas tergambar di wajahnya sebelum Ia kembali teringat ucapan kekasihnya. Laiman benar-benar tidak mengerti kenapa Hani selalu bertanya perihal jodoh kepadanya. Dan jujur hal itu membuat Laiman khawatir tentang hubungan mereka. Apakah Hani mulai meragukan cintanya? Atau,justru Hani mulai bosan kepadanya.
Phee1 Man… “ panggilan manda2 nya membuyarkan lamunannya. Laiman bergegas duduk sebagai penghormatan atas kedatangan manda nya.
“Bagaimana hari terakhirmu di sekolah, lancar?” mandanya kembali bertanya kepada Laiman.
“Lancar mae3, hanya saja mereka sangat menyesal kenapa aku harus berhenti mengajar di sana, katanya aku guru Bahasa Inggris ganteng yang mereka punya ha…ha….” dengan gurauan Laiman memaparkan.
“Itu betul Man, manda juga sangat menyayangkannya. Lingkungan kerjamu sudah enak, dan gajimu pun sudah tinggi. Kenapa kau tidak bersyukur dengan apa yang sudah kau miliki?
“Mae, bukan begitu. Mae kan tahu dosen adalah cita-citaku dari dulu, S1 saja tidak cukup untuk menggapai cita-citaku itu. Kumohon mae, mengertilah….” rajuk Laiman kepada manda nya.
“Manda tahu Man, tetapi kenapa harus ke Indonesia? Di Bangkok juga banyak universitas-universitas ternama. Kenapa kau tega meninggalkan manda sendirian di Hatyai ini?”
“Mae, kita sudah membicarakan hal ini lebih dari tiga kali dan jawabanku tetap sama, aku akan tetap ke Indonesia. Selain aku memang merindukan negara di mana aku kuliah dulu, di sana ada seseorang yang menunggu kedatanganku. Jadi mae, sekali lagi mengertilah….”
Manda segera meninggalkan kamar Laiman, setelah gagal meyakinkan anaknya untuk tidak pergi ke Indonesia.
20 Mei 2006
Laiman baru saja selesai mencatat semua keperluan yang harus di bawa ke Indonesia ketika HP nya berbunyi. Itu telepon dari kekasihnya, Hani.
“Man, bagaimana persiapanmu?” tanya Hani dari seberang.
“Sudah kucatat semua keperluanku, dan aku yakin tanggal 26 Mei nanti aku siap terbang ke tanah air mu. Oh ya, Hani apa yang kau inginkan sebagai oleh-oleh dariku?”
“Tidak usah Man, karena kedatanganmu ke Indonesia sudah merupakan oleh-oleh buatku.” Jawaban Hani sedikit ngegombal.
“Benarkah?” tanya Laiman meyakinkan.
“Tentu saja. Tetapi kau harus langsung datang mencariku jika sudah tiba di Indonesia nanti, ya!” pinta Hani kepada Laiman.
“Baiklah tuan putri, jika tiba nanti, aku akan langsung mencarimu.” Gurau Laiman kepada kekasihnya.
“Man kamu belum menjawab pertanyaanku waktu itu.” Dengan suara yang sedikit bergetar Hani kembali bertanya.
Dengan enggan Laiman menjawab “Aku tidak menjawab karena aku benar-benar tidak tahu tentang perjodohan, itu takdir tuhan, Hani. Kenapa kau terus bertanya padaku, apa kau ragu bahwa akulah jodohmu?
Dari seberang tetap hening tidak ada jawaban.

“Kenapa Hani? Apa kau sudah mulai bosan denganku? Yakinlah, aku adalah jodohmu, dan beberapa hari lagi aku akan segera menemuimu. Perkataan Laiman sekarang terdengar sedikit emosi.
“Bukan begitu, aku sangat mempercayaimu. Hanya saja aku ingin tahu bagaimanakah nasib orang yang mati muda, apakah dia bisa bertemu jodohnya di sana?” kali ini dengan nada sedih Hani menjelaskan kepada Laiman.
Tut…tut…tut…. tanpa membiarkan Laiman berkata lagi, Hani sudah mengakhiri percakapan mereka.

 

24 Mei 2006
Laiman mondar-mandir di kamarnya. Terlihat dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal beberapa kali. Memang hal itulah yang selalu Ia lakukan ketika bingung atau gelisah. Laiman terlihat tidak mengerti dirinya sendiri. Dia bingung dan kalut, kenapa dia ingin sekali segera bertemu Hani. Rasa rindunya kepada Hani benar-benar luar biasa dan itu sangat aneh menurutnya. Laiman sedikit kaget ketika melihat jam mungil di atas mejanya sudah menunjukkan pukul 00.00 malam. Dia masih saja bingung, kenapa dia tidak bisa berhenti memikirkan Hani.

 

25 Mei 2006
Satu hari sebelum keberangkatan.
Laiman memencet nomor yang sama tiga kali –nomor Hani– dengan raut muka yang sedikit cemas. Ia juga tidak tahu kenapa dirinya merasa cemas. Lagi-lagi Laiman menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan kembali memencet nomor Hani lagi. Akhirnya Laiman berhasil menghubungi Hani.
“Hani kenapa baru kau angkat teleponku. Sibuk apa kau beberapa hari ini, sehingga kau terus mengabaikanku?” tanpa ba bi bu Laiman bertanya.
Dengan gurauan dan rasa tak berdosa Hani menjawab “Ha…ha… aku hanya ingin membuatmu semakin merindukanku, supaya jika tiba nanti kau akan langsung lari menemuiku.”

“Sudah aku katakan, sesampainya di Indonesia aku akan langsung datang kerumahmu.” Timpal Laiman dengan nada sedikit emosi.
“Sudahlah Man… tak usah emosi seperti itu, sebaiknya kau cek lagi segala kebutuhan untuk keberangkatanmu besok. Oh iya, besok sesampainya kau di rumahku, aku punya sebuah kejutan untukmu.

 

26 Mei 2006
Hari keberangkatan
Laiman terlihat begitu bahagia. Dia bahkan lupa akan kesedihannya meninggalkan manda yang sudah janda seorang diri. Yang Ia pikirkan hanyalah beberapa jam lagi dia akan bertemu Hani, sang pujaan hati. Matanya terpejam. Bukan karena Laiman takut naik pesawat, melainkan Ia sedang membayangkan kejutan apa yang akan diberikan Hani nanti.
Setelah kurang lebih menghabiskan waktu 3 jam 20 menit, akhirnya pesawat yang membawanya pergi meninggalkan Thailand berhasil mendarat di Jakarta. Suaiman sampai di Jakarta pukul 22.00 WIB. Dia tidak langsung mengambil penerbangan ke Yogyakarta, tempat kekasihnya berada. Dia lebih memilih untuk naik kereta pada keesokan harinya, seperti yang selalu Ia lakukan pada zaman kuliah dulu. Karena memang Laiman ingin kembali mengenang masa-masa mahasiswanya dulu.
Laiman mendapat tiket kereta Jakarta-Yogyakarta, keberangkatan pukul 05.00 WIB. Dan setelah menempuh 8 jam perjalanan, tepat pukul 13.00 WIB akhirnya Laiman sampai di stasiun Tugu Yogyakarta. Suasana stasiun saat itu sangat ramai. Semua orang terlihat sangat bersemangat berbicara topik pembicaraan mereka. Samar-samar Laiman mendengar topik pembicaraan mereka, yaitu tentang gempa. Namun, Laiman tidak memperdulikannya karena Ia hanya berfikir untuk segera mencari taksi menuju Bantul rumah kekasihnya.

 

Sabtu, 27 Mei 2014

Delapan tahun telah berlalu. Kini, Hani kekasihnya hanyalah menjadi sebuah pemicu rindunya yang tak bertumpu.

Laiman berdiri terpaku menatap rumah sederhana di depannya. Rumah itu benar-benar berbeda dengan yang ada di ingatannya. Walau sudah delapan tahun terlewatkan, Laiman tetap berharap bisa bertemu Hani di rumah itu. Sebenarnya Laiman sangat sadar, sekarang sosok Hani hanyalah sebuah kenangan semata. Ya, Hani bersama ayah dan ibunya menjadi korban tewas pada peristiwa gempa 27 Mei 2006 silam. Sebuah peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh Laiman.
Laiman selalu bertanya pada Hani yang tidak lagi di dunia ini. “Hani… itukah kejutan yang kau maksud? Dan Inikah jawaban atas pertanyaanmu dulu? Hani kepergianmu sungguh bagaikan sengat beracun untukku. Sengat yang membunuh secara perlahan. Aku tak tahan lagi Hani, hari demi hari sengat itu tak mampu kuhambat lagi. Sengat itu semakin menyebar. Sungguh, Hani ijinkan aku berlari ketempatmu.”

 

1 Phee : panggilan untuk anak laki-laki di Thailand.
2 Manda : panggilan untuk ibu (bahasa Thailand).
3 Mae : setara dengan Bu.
4 Sepuh : tua bahasa Jawa.

 

 

Ps:

😂😂😂 kemaren pas bersih-beraih gile nemu ini. Loh, aku pernah nulis ini toh. What, settingnya di Thai? Terkadang aku bingung sendiri, saat membuat cerpen ini, apa yang aku pikirkan ya?

The original anime picture is not mine. Credit belongs to the creator.

 

3 responses to “Khatham”

  1. Right here is the right webpage for everyone who wishes to find out about this topic.

    You understand a whole lot its almost tough to argue with
    you (not that I actually will need to…HaHa).
    You certainly put a fresh spin on a subject that has been discussed for many years.
    Great stuff, just excellent!

    Like

Leave a comment